BAB VIII
Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
A.
Perbedaan Kepentingan
Perbedaan
kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah setiap manusia. Kepentingan ini
merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Kepentingan ini sifatnya
esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil
memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya
kegagalan dalam memenuhi kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya
maupun bagi lingkungannya. Biasanya perbedaan kepentingan itu terjadi pada
kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama,
kelompok ideologi tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas.
Perbedaan-perbedaan
kepentingan biasanya terjadi karena adanya dorongan untuk mencapai sesuatu.
Perbedaan-perbedaan kepentingan tersebut antara lain :
· Kepentingan
individu untuk memperoleh kasih sayang
· Kepentingan
individu untuk memperoleh harga diri
· Kepentingan
individu untuk memperoleh penghargaan yang sama
· Kepentingan
individu untuk memperoleh prestasi dan posisi
· Kepentingan
individu untuk dibutuhkan orang lain
· Kepentingan
individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya
· Kepentingan
individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri
· Kepentingan
individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
B.
Prasangka Diskriminasi dan Entnosentris
Prasangka
menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Menurut
Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif
atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui
setelah ia bertindak atau beringkah laku. Oleh karena itu, bisa saja bahwa
sikap bertentangan dengan tingkah laku atau tindakan. Jadi prasangka merupakan
kecenderungan yang tidak nampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan,
aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian diskriminatif merupakan tindakan
yang relaistis, sedangkan prsangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh
diri individu masing-masing.
Prasangka
ini sebagian besar sifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri (tidak
berdasarkan pengalaman sendiri), karena merupakan hasil peniruan atau
pengoperan langsung pola orang lain. Prasangka bisa diartikan suatu sikap yang
telampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat
berat sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan)
terhadap sesuatu realita. Dalam kehidupan sehari-hari prasangka ini banyak
dimuati emosi-emosi atau unsur efektif yang kuat.
Prasangka
diskriminasi ini terjadi karena beberapa sebab. Sebab-Sebab Timbulnya Prasangka
dan Diskriminasi antara lain :
· Berlatar
belakang sejarah. Orang-orang kulit putih di Amerika Serikat berprasangka
negatif terhadap orang-orang Negro, berlatar belakang pada sejarah masa lampau,
bahwa orang-orang kulit putih sebagai tuan dan orang-orang Negro berstatus
sebagai budak.
· Dilatar-belakangi
oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional. Harta kekayaan orang-orang
kaya baru, diprasangkai bahwa harta-harta itu didapat dari usaha-usaha yang
tidak halal. Antara lain dari usaha korupsi dan penyalahgunaan wewenang sebagai
pejabat dan lain sebagainya.
· Bersumber
dari faktor kepribadian.
· Berlatar
belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama.
Untuk
mengurangi atau menghilangkan prasangka dan diskriminasi perlu dilakukan
beberapa usaha. Usaha-Usaha mengurangi atau menghilangkan prasangka dan
diskriminasi antara lain :
· Perbaikan
kondisi sosial ekonomi.
· Perluasan
kesempatan belajar.
· Sikap
terbuka dan sikap lapang.
Etnosentris
yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nillai-nilai dan norma-norma
kebudayaannya sendiri sebagai suatu prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakannya
sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentris merupakan kencenderungan tak sadar untuk menginterpretasikkan atau
menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Etnosentrisme
ini dapat menyebabkan kesalah pahaman dalam berkomunikasi. Etnosentris ini juga
dapat dianggap sebagai dasar ideology Chauvinisme yang pernah dianut oleh
orang-orang Jerman pada zaman Nazi Hitler.
C.
Pertentangan Sosial Ketegangan dalam Masyarakat
Konflik
(pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari
pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan
yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar
yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik yaitu :
· Terdapatnya
dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagian yang terlibat di dalam konflik.
· Unit-unit
tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun
gagasan-gagasan.
· Terdapatnya
interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik
merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang
sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat
terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada
lingkungan yang luas yaitu masyarakat, yaitu :
· Pada
taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan,
ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistik didalam diri
seseorang.
· Pada
taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri
individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam
tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk
menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.
· Pada
taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai
dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma kelompok yang
bersangkutan berbeda. Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta
minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber
sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang ada dalam
kebudayaan-kebudayaan lain.
Adapun
cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
· Elimination
yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yang
diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami
membentuk kelompok kami sendiri.
· Subjugation
atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar
dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya.
· Mjority
Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan
keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
· Minority
Consent artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas
tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan
kegiatan bersama
· Compromise
artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha
mencari dan mendapatkan jalan tengah.
· Integration
artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan
ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi
semua pihak.
D.
Golongan-Golongan yang Berbeda, Integrasi Sosial dan Integrasi
Nasional
Masyarakat
Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai
suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang
berwujudkan Negara Indonesia. Masyarakat majemuk dipersatukan oleh sistem
nasional yang mengintegrasikannya melalui jaringan-jaringan pemerintahan,
politik, ekonomi, dan sosial. Aspek-aspek dari kemasyarakatan tersebut
yaitu :
· Suku
Bangsa dan Kebudayaan,
· Agama,
· Bahasa,
· Nasional
Indonesia.
Masalah
besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi diantara
masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian
persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada pada kemajemukkannya, mereka dapat
hidup serasi berdampingan (Bhineka Tunggal Ika), berbeda-beda tetapi merupakan
kesatuan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi penghambat dalam integrasi:
· Tuntutan
penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya
· Isu
asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga
negara Indonesia asli dengan keturunan (Tionghoa,arab)
· Agama,
sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan
· Prasangka
yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan tertentu
Integrasi
Nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat
menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat
kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Selain itu dapat pula
diartikan bahwa integrasi bangsa merupakan kemampuan pemerintah yang semakin
meningkat untuk menerapkan kekuasaannya di seluruh wilayah (Mahfud MD, 1993:
71). Beberapa masalah integrasi nasional adalah :
· Integrasi
tidak sama dengan pembauran atau asimilasi.
· Integrasi
diartikan integrasi kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme sosial.
· Pembauran
dapat berarti asimilasi dan amalganasi.
· Integrasi
kebudayaan berarti penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan mengenai berapa
unsur kebudayaan (cultural traits) mereka, yang berbeda atau bertentangan, agar
dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan yang selaras (harmonis).
· Melalui
difusi (penyebaran), di mana-mana unsur kebudayaan baru diserap ke dalam suatu
kebudayaan yang berada dalam keadaan konflik dengan unsur kebudayaan
tradisional tertentu.
Integrasi
Internasional merupakan masalah yang dialami semua negara di dunia, yang
berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya. Menghadapi masalah
integritas sebenarnya tidak memiliki kunci yang pasti karena latar belakang
masalah yang dihadapi berbeda, sehingga integrasi diselesaikan sesuai dengan
kondisi negara yang bersangkutan, dapat dengan jalan kekerasan atau strategi
politik yang lebih lunak. Beberapa masalah integrasi internasional, antara
lain:
· Perbedaan
ideology.
· Kondisi
masyarakat yang majemuk.
· Masalah
teritorial daerah yang berjarak cukup jauh.
· Pertumbuhan
partai politik.
Adapun
upaya-upaya yang dilakukan untuk memperkecil atau menghilangkan
kesenjangan-kesenjangan itu, antara lain:
· Mempertebal
keyakinan seluruh warga Negara Indonesia terhadap Ideologi Nasional.
· Membuka
isolasi antar berbagai kelompok etnis dan antar daerah/pulau dengan membangun
saran komunikasi, informasi, dan transformasi.
· Menggali
kebudayaan daerah untuk menjadi kebudayaan nasional.
· Membentuk
jaringan asimilasi bagi kelompok etnis baik pribumi atau keturunan asing.
E.
Pendapat Mahasiswa Mengenai Pertentangan Sosial dan Integrasi
Masyarakat
Negara
Indonesia memiliki banyak keragaman Suku Bangsa, Kebudayaan, Agama, serta
Bahasa. Keragaman suku ini biasanya menyebabkan timbulnya pertentangan sosial.
Karena menganggap dirinya masing-masing memiliki kepentingan yang berbeda dan
juga menganggap dirinya dengan oranglain tidak berada dalam satu tujuan yang
sama. Perbedaan suku, agama, dan kebudayaan ini sering sekali memicu perpecahan
diantara golongan-golongan tersebut. Sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia
“Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetap satu jua. Bangsa atau
Negara Indonesia seharusnya dapat saling menyatu walaupun adanya banyak
perbedaan diantara masyarakat atau warga negara Indonesia. Sehingga
masalah-masalah yang timbul karena perbedaan ini dapat diselesaikan. Banyak
cara maupun upaya untuk menyelesaikan masalah kepentingan sosial ini, yakni;
dengan adanya atau terjalinnya sebuah komunikasi antar kelompok yang membentuk
sebuah jaringan agar dapat berkomunikasi, bertukar informasi, dan dapat saling
menerima dan memberikan saran antara kelompok tersebut. Sehingga dapat
terjalinnya komunikasi yang baik antar kelompok, agar tidak terjadi prasangka
diskriminasi.
Referensi :
http://akhman.wordpress.com/2012/01/04/perbedaan-kepentingan/
http://celoteh-galang.blogspot.com/2012/11/pertentangan-sosial-dan-integrasi.html
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/bab10-prasangka_diskriminasi_dan_etnosentrisme.pdf
http://celoteh-galang.blogspot.com/2012/11/pertentangan-sosial-dan-integrasi.html
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/bab10-prasangka_diskriminasi_dan_etnosentrisme.pdf
AHMAD BAIQUNI
10113402
1KA07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar