Ilmu Sosial Dasar
BAB II
Penduduk,Masyarakat,dan Kebudayaan
A.Pertumbuhan Penduduk
--Perkembangan Penduduk Dunia
Ini
adalah contoh perkembangan penduduk dari tahun 1830 samapai dengan 2006.
|
Tahun
|
Jumlah Penduduk
|
Perkembangan
per-tahun
|
|
1830
|
1 Milyar
|
-
|
|
1930
|
2 Milyar
|
1 %
|
|
1960
|
3 Milyar
|
1,7 %
|
|
1975
|
4 Milyar
|
2,2 %
|
|
1987
|
5 Milyar
|
2 %
|
|
1996
|
6 Milyar
|
2 %
|
|
2006
|
7 Milyar
|
2 %
|
--Penggandaan
Penduduk Dunia
Ini adalah perkiraan penggandaan penduduk dunia
|
Tahun Penggandaan
|
Perkiraan
Penduduk Dunia
|
Waktu
|
|
800 SM
|
5 juta
|
-
|
|
1650 tahun
|
500 juta
|
1500
|
|
1830 tahun
|
1 milyar
|
180
|
|
1930 tahun
|
2 milyar
|
100
|
|
1975 tahun
|
4 milyar
|
45
|
--Faktor Demografi yang mempengaruhi
pertambahan penduduk
Faktor utama demografi yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah sebagai berikut:
1. Kematian
Kematian adalah hilangnya tanda-tanda
kehidupan manusia secara permanen. Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk
dan untuk menghitung besarnya angka kematian caranya hampir sama dengan
perhitungan angka kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor
pendukung kematian (pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti
mortalitas).
a.) Faktor pendukung kematian (pro
mortalitas)
Faktor ini mengakibatkan jumlah
kematian semakin besar. Yang termasuk faktor ini adalah:
- Sarana kesehatan yang kurang
memadai.
- Rendahnya kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan
- Terjadinya berbagai bencana alam
- Terjadinya peperangan
- Terjadinya kecelakaan lalu lintas
dan industri
- Tindakan bunuh diri dan pembunuhan.
b.) Faktor penghambat kematian (anti
mortalitas)
Faktor ini dapat mengakibatkan tingkat
kematian rendah. Yang termasuk faktor ini adalah:
- Lingkungan hidup sehat.
- Fasilitas kesehatan tersedia dengan
lengkap.
- Ajaran agama melarang bunuh diri dan
membunuh orang lain.
- Tingkat kesehatan masyarakat tinggi.
- Semakin tinggi tingkat pendidikan
penduduk.
Ada beberapa jenis perhitungan angka
kelahiran yaitu:
Angka Kematian Kasar ( Crude Death
Rate/CDR )
Angka kematian kasar adalah yaitu
angka yang menunjukkan jumlah kematian tiap 1000 penduduk tiap tahun tanpa
membedakan usia dan jenis kelamin tertentu. Ini dapat dituliskan dalam rumus :
Angka Kematian Khusus Menurut Umur
Tertentu (Age Specific Death Rate = ASDR)
Angka kematian khusus menurut umur
tertentu dapat digunakan untuk mengetahui kelompok-kelompok usia manakah yang
paling banyak terdapat kematian. Umumnya pada kelompok usia tua atau usia
lanjut angka ini tinggi, sedangkan pada kelompok usia muda jauh lebih rendah.
Rumusnya:
Angka Kematian Bayi (Infant
Mortality Rate = IMR)
Angka kematian bayi adalah angka yang
menunjukkan jumlah kematian bayi tiap seribu bayi yang lahir.
Bayi adalah kelompok orang yang
berusia 0-1 tahun.
Rumusnya:
Besarnya angka kematian bayi dapat
dijadikan petunjuk atau indikator tingkat kesehatan dan kesejahteraan penduduk.
Pada umumnya bila masyarakat memiliki
tingkat kesehatan yang rendah maka tingkat kematian bayi tinggi.
Selain perhitungan di atas sering
dihitung pula angka kematian ibu waktu melahirkan dan angka kematian bayi baru
lahir.
Untuk angka kematian bayi ukurannya
sebagai berikut:
- Rendah, jika IMR antara 15-35.
- Sedang, jika IMR antara 36-75.
- Tinggi, jika IMR antara 76-125.
2. Kelahiran ( Natalitas )
Kelahiran bersifat menambah jumlah
penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat kelahiran (anti natalitas) dan
yang mendukung kelahiran (pro natalitas)
Faktor-faktor penunjang kelahiran (pro
natalitas) antara lain:
•
Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan
malu.
•
Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua.
•
Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.
•
Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua.
•
Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada
anak laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.
Faktor pro natalitas mengakibatkan
pertambahan jumlah penduduk menjadi besar.
Faktor-faktor penghambat kelahiran
(anti natalitas), antara lain:
•
Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah anak.
•
Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun dan
bagi laki-laki minimal berusia 19 tahun.
•
Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
•
Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak
diberikan hanya sampai anak ke – 2.
•
Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan.
Faktor – faktor penunjang tingginya
angka natalitas dalam suatu negara antara lain :
1.Kepercayaan dan agama
Faktor kepercayaan mempengaruhi orang
dalam penerimaan KB. Ada agama atau kepercayaan tertentu yang tidak membolehkan
penganutnya mengikuti KB. Dengan sedikitnya peserta KB berarti kelahiran lebih
banyak dibanding bila peserta KB banyak
2.Tingkat pendidikan
Semakin tinggi orang sekolah berarti
terjadi penundaan pernikahan yang berarti pula penundaan kelahiran. Selain itu
pendidikan mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak secara rasional.
3.Kondisi perekonomian
Penduduk yang perekonomiannya baik
tidak memikirkan perencanaan jumlah anak karena merasa mampu mencukupi
kebutuhannya. Jika suatu negara berlaku seperti itu maka penduduknya menjadi
banyak.
4.Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah mempengaruhi
apakah ada pembatasan kelahiran atau penambahan jumlah kelahiran. Selain itu
kondisi pemerintah yang tidak stabil misalnya kondisi perang akan mengurangi
angka kelahiran
5.Adat istiadat di masyarakat
Kebiasaan dan cara pandang masyarakat
mempengaruhi jumlah penduduk. Misalnya nilai anak, ada yang menginginkan anak
sebanyak-banyaknya, ada yang menilai anak laki-laki lebih tinggi dibanding
perempuan atau sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan anak laki-laki
atau sebaliknya.
6.Kematian dan kesehatan
Kematian dan kesehatan berkaitan
dengan jumlah kelahiran bayi. Kesehatan yang baik memungkinkan bayi lebih
banyak yang hidup dan kematian bayi yang rendah akan menambah pula jumlah
kelahiran.
7.Struktur Penduduk
Penduduk yang sebagian besar terdiri
dari usia subur, jumlah kelahiran lebih tinggi dibandingkan yang mayoritas usia
non produktif (misalnya lebih banyak anak-anak dan orang-orang tua usia).
Untuk menentukan jumlah kelahiran
dalam satu wilayah digunakan angka kelahiran (Fertilitas). Angka kelahiran
yaitu angka yang menunjukkan rata-rata jumlah bayi yang lahir setiap 1000
penduduk dalam waktu satu tahun.
Pengukuran Fertilitas tidak
sesederhana dalam pengukuran mortalitas, hal ini disebabkan adanya alasan
sebagai berikut :
1. Sulit memperoleh angka statistik
lahir hidup karena banyak bayi – bayi yang meninggal beberapa saat setelah
kelahiran, tidak dicatatkan dalam peristiwa kelahiran atau kematian dan sering
dicatatkan sebagai lahir mati.
2. Wanita mempunyai kemungkinan
melahiran dari seorang anak ( tetapi meninggal hanya sekali )
3. Makin tua umur wanita tidaklah
berarti, bahwa kemungkinan mempunyai anak makin menurun.
4. Di dalam pengukuran fertilitas akan
melibatkan satu orang saja. Tidak semua wanita mempunyai kemungkinan untuk
melakukan.
Ada dua istilah asing yang kedua –
duanya diterjemahkan sebagai kesuburan, yaitu :
a. Facundity ( kesuburan )
Facudity adalah lebih diartikan
sebagai kemampuan biologis wanita untuk mempunyai anak.
b. Fertility ( fertilitas )
Fertility adalah jumlah kelahiran
hidup dari seorang wanita atau sekelompok wanita.
1. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth
Rate)
Rumus yang digunakan untuk menghitung
yaitu:
Angka kelahiran ini disebut kasar
karena perhitungannya tidak memperhatikan jenis kelamin dan umur penduduk,
padahal yang dapat melahirkan hanya penduduk wanita.
2. Angka Kelahiran Menurut Kelompok
Umur (Age Specific Fertiliy Rate = ASFR )
Rumus yang digunakan untuk menghitung
yaitu:
Dengan rumus tersebut kita dapat
mengetahui kelompok umur mana yang paling banyak terjadi kelahiran.
3. Migrasi
Migrasi penduduk adalah perpindahan
penduduk dari tempat yang satu ke tempat lain. Dalam mobilitas penduduk
terdapat migrasi internasional yang merupakan perpindahan penduduk yang
melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal yang
merupakan perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah satu negara
saja.
Faktor-faktor terjadinya migrasi,
yaitu :
1. Persediaan sumber daya alam
2. Lingkungan social budaya
3. Potensi ekonomi
4. Alat masa depan
Perlu diketahui bahwa usia 15 – 49
tahun adalah usia subur bagi wanita. Pada usia itulah wanita mempunyai
kemungkinan untuk dapat melahirkan anak.
--Tingkat Kematian Kasar
Berikut ini akan
dijelaskan mengenai Rumus Tingkat Kematian Kasar dan Tingkat Kematian Khusus,
dan berikut mengenai pembahasannya :
A.
Rumus Kematian Tingkat Kasar.
Angka kematian kasar atau
Crude Death Rate (CDR) menunjukkan jumlah kematian setiap 1.000 penduduk
dalam satu tahun. Berikut Rumusnya :
| CDR=M/P*1000 |
CDR = Angka
kematian kasar.
M =
Jumlah kematian selama satu tahun.
P =
Jumlah penduduk pertengahan tahun.
1000 = bisa
disebut juga K atau konstanta.
Angka Kematian Kasar digolongkan
menjadi 3 yaitu :
1.
Golongan
Tinggi, apabila jumlah mortalitas/kematian lebih dari 18.
2.
Golongan
Sedang, apabila jumlah mortalitas/kematian antara 14-18.
3.
Golongan
Rendah, apabila jumlah mortalitas/kematian kurang dari 13.
--Angka Kelahiran
Kelahiran adalah ekspulsi atau
ekstraksi lengkap seorang janin dari ibu tanpa memperhatikan apakah tali
pusatnya telah terpotong atau plasentanya masih berhubungan. Berat badan lahir
adalah sama atau lebih 500 gram, panjang badan lahir adalah sama atau lebih
25 cm, dan usia kehamilan sama atau lebih 20 minggu
Sedangkan Angka kelahiran atau biasa disebut dengan
fertilitas adalah salah satu unsur dari pertambahan penduduk secara alami. Atau
jumlah kelahiran per 100 tahun.
Angka Kelahiran di bagi menjadi 3 macam, yaitu
:
1) Angka Kelahiran Kasar .
Angka kelahiran kasar atau Crude
Birth Rate (CBR) menunjukkan jumlah bayi yang lahir setiap 1.000 penduduk
dalam satu tahun. Untuk mencari angka kelahiran kasar digunakan rumus sebagai
berikut :
CDR=L/P*1000
CBR = Angka kelahiran kasar
L =
Jumlah kelahiran selama satu tahun
P =
Jumlah penduduk pertengahan tahun
Angka kelahiran kasar di golong kan
menjadi tiga, yaitu :
1.
Golongan
Tinggi, apabila jumlah kelahiran lebih dari 30.
2.
Golongan
Sedang, apabila jumlah kelahiran antara 20-30.
3.
Golongan
Rendah, apabila jumlah kelahiran kurang dari 20.
Menurut Wardiyatmoko angka
kelahiran kasar (CBR) dalam kurun waktu 2000 - 2005 kurang lebih sebesar 29.
Dibandingkan dengan CBR Asia 25, Thailand 28, Malaysia 27, dan Singapura 25
maka CBR Indonesia masih relatif tinggi.
2) Angka Kelahiran Umum.
Angka kelahiran umum atau General
Fertility Rate (GFR) adalah banyaknya kelahiran tiap 1.000 wanita yang
berusia 15 - 49 tahun pada pertengahan tahun. Angka kelahiran umum dapat
diketahui dengan rumus :
| GFR=L/W(15-49)*1000 |
L = Banyaknya kelahiran selama satu tahun.
W(15-49) = Banyaknya penduduk wanita yang berumur 15-49 tahun.
3) Angka Kelahiran Khusus.
Angka kelahiran khusus atau Age
Spesific Birth Rate (ASBR) menunjukkan banyaknya bayi lahir setiap
1.000 orang wanita pada usia tertentu dalam waktu satu tahun. Untuk
mengetahui ASBR digunakan rumus sebagai berikut :
ASBR=Lx/Px*
ASBR = Angkat kelahiran dari
wanita pada umur tertentu.
Lx = Jumlah kelahiran wanita pada kelompok umur tertentu.
Lx = Jumlah kelahiran wanita pada kelompok umur tertentu.
Px = Jumlah
wanita pada kelompok umur tertentu
-- Migrasi
Migrasi adalah peristiwa berpindahnya suatu organisme dari suatu bioma ke
bioma lainnya. Dalam banyak kasus, organisme bermigrasi untuk mencari
sumber-cadangan-makanan yang baru untuk menghindari kelangkaan makanan yang
mungkin terjadi karena datangnya musim dingin atau karena overpopulasi.
--Macam-macam Migrasi
Pertama , Migrasi Internasional dibagi
menjadi tiga , yaitu :
Imigrasi => Masuknya penduduk ke
suatu negara
Emigrasi => Keluarnya penduduk ke
negara lain
Remigrasi => Kembalinya penduduk ke
negara
Kedua , Migrasi Nasional dibagi
menjadi empat , yaitu :
Urbanisasi => Dari Desa ke Kota
Transmigrasi => Dari Pulau ke Pulau
Ruralisasi => Dari Kota ke Desa
Evakuasi => Dari tempat yang tidak
aman ke tempat yang aman
--Proses Migrasi
Proses Migrasi Ras Proto Melayu dan
Deutro Melayu ke Kawasan Asia Teggara dan Indonesia
Menurut pendapat para ahli, pada
periode 40.000 tahun yang lalu jenis manusia purba Meganthropus,
Pithecanthropus dan jenis Homo telah mengalami kepunahan. Penghuni kepulauan
Indonesia kemudian bergeser ke manusia-manusia migran yang datang dari berbagai
wilayah di Asia dan Australia. Proses migrasi awal menunjukkan bahwa
populasi-populasi kepulauan Indonesia berasal dari bangsa Australo-Melanesia (Australoid)
dan Mongoloid (atau lebih khusus lagi adalah Mongoloid Selatan). Setelah itu
datang lagi gelombang migrasi kedua yaitu bangsa Austronesia (Melayu/Proto
Melayu/Melayu Tua) yang berasal dari Yunan (wilayah di propinsi Cina bagian
Selatan). Migrasi mereka sendiri ke kepulauan Indonesia berlangsung dalam dua
gelombang.
Periode gelombang pertama terjadi pada
sekitar tahun 1500 SM, melalui dua jalur utama. Jalur pertama dari Yunan
melewati Siam, Malaya dan Sumatera (jalur Barat dan Selatan). Jalur kedua dari
Yunan, Vietnam, Filipina kemudian masuk ke Indonesia melalui wilayah Sulawesi
(jalur Timur dan Utara). Dalam proses persebarannya mereka membawa kebudayaan
neolitikum dari pusatnya di Basson-Hoabinh, yang diantaranya adalah kapak
persegi dan kapak lonjong. Suku bangsa Indonesia sekarang yang termasuk
keturunan bangsa Melayu Tua atau Proto Melayu misalnya suku Toraja dan Dayak.
Migrasi periode kedua dari bangsa
Malayu (Deutro Melayu/Melayu Muda) terjadi pada sekitar tahun 500 SM. Proses
persebarannya melalui jalur daratan Asia kemudian Semenanjung Malaya dan masuk
ke Indonesia melalui Sumatera. Kedatangan bangsa ini sambil membawa pengaruh
budaya logam dari Dongson, seperti nekara, moko, dan kapak perunggu. Suku
bangsa Indonesia sekarang yang termasuk keturunan bangsa Melayu Muda atau
Deutero Melayu misalnya suku Jawa, Melayu, dan Bugis.
--Akibat Migrasi
Migrasi
penduduk baik internal atau nasional maupun eksternal atau internasional
masing-masing memiliki dampak positif dan negatif terhadap daerah asal maupun
daerah tujuan.
a. Dampak Positif Migrasi Internasional antara lain :
a. Dampak Positif Migrasi Internasional antara lain :
|
|
|
b. Dampak Positif Migrasi Nasional antara lain :
|
|
|
c. Dampak Negatif Migrasi Internasional antara lain :
|
|
|
|
d. Dampak Negatif Migrasi Nasional antara lain :
|
|
|
e. Usaha-usaha untuk Menanggulangi Permasalahan Migrasi
|
|
|
--3 Jenis Struktur Penduduk
A. Jumlah Penduduk : Urbanisasi,
Reurbanisasi, Emigrasi, Imigrasi, Remigrasi, Transmigrasi.
B. Persebaran Penduduk : Kepadatan
penduduk adalah jumlah penduduk disuatu wilayah dibandingkan dengan luas
wilayahnya yang dihitung jiwa per km kuadrat. Berdasarkan sensus penduduk dan
survey penduduk, persebaran penduduk Indonesia antar provinsi yang satu dengan
provinsi yang lain tidak merata.
C. Komposisi Penduduk : Merupakan
sebuah mata statistik dari statistik kependudukan yang membagi dan membahas
masalah kependudukan dari segi umur dan jenis kelamin.
--Piramida Penduduk
Komposisi Penduduk
& Macam - macam Piramida
Komposisi penduduk adalah pengelompokan
penduduk atas dasar kriteria tertentu dan untuk tujuan tertentu pula. Misalnya
pengelompokan penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Mengetahui komposisi penduduk diperlukan untuk merencanakan kegiatan pada masa mendatang.
tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Mengetahui komposisi penduduk diperlukan untuk merencanakan kegiatan pada masa mendatang.
Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin.
- Umur
penduduk dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
- Umur 0 – 14 tahun dinamakan usia muda/usia
belum produktif.
- Umur 15 – 64 tahun dinamakan usia
dewasa/usia kerja/usia produktif.
- Umur 65 tahun keatas dinamakan usia tua/usia
tak produktif/usia jompo.
- struktur
(susunan) penduduk negara-negara di dunia dibagi 3 yaitu:
- Struktur penduduk muda : bila suatu negara
atau wilayah sebagian besar penduduk usia muda.
- Struktur penduduk dewasa : bila suatu negara
sebagian besar penduduk berusia dewasa.
- Struktur penduduk tua : bila suatu negara
sebagian besar terdiri penduduk berusia tua
Bentuk piramida penduduk dibadakan menjadi
tiga macam yaitu :
1. Bentuk Limas (Expansive), menunjukkan
jumlah penduduk usia muda lebih banyak dari pada usia dewasa maupun tua,
sehingga pertumbuhan penduduk sangat tinggi,contohnya: Indonesia, Filipina,
Mesir, Nigeria, Brazil.
2. Bentuk Granat (Stationer), menunjukkan
jumlah usia muda hampir sama denganusia dewasa, sehingga pertumbuhan penduduk
kecil sekali, contohnya: Amerika Serikat, Belanda, Norwegia, Finlandia.
3. Bentuk Batu Nisan (Constructive),
menunjukkan jumlah penduduk usia tua lebihbesar dari pada usia muda, jumlah
penduduk mengalami penurunan, contohnya:negara-negara yang baru dilanda
perang.Gambar bentuk-bentuk piramida penduduk di negara berkembang dan negara
majuSumber: Buku Geografi SMP Kelas VIII Ganeca ExactNegara-negara berkembang
pada umumnya memiliki piramida penduduk berbentuk limas,sedangkan negara-negara
maju umumnya berbentuk granat atau batu nisan
- Ciri-ciri
struktur penduduk pada tiap bentuk piramida :
1. Piramida Penduduk Expansif memiliki
ciri-ciri :
a. Sebagian besar berada pada kelompok
penduduk muda
b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit
c. Tingkat kelahiran bayi tinggi
d. Pertumbuhan penduduk tinggi
2. Piramida Penduduk Stasioner memiliki
ciri-ciri :
a. Penduduk pada tiap kelompok umur hampir
sama
b.Tingkat kelahiran rendah
c. Tingkat kematian rendah
d. Pertumbuhan penduduk mendekati nol atau
lamba
3. Piramida Penduduk Constructive memiliki
ciri-ciri :
a. Sebagian besar penduduk berada kelompok
usiadewasa atau tua
b. Jumlah penduduk usia muda sangat sedikit
c. Tingkat kelahiran lebih rendah
dibandingdengan tingkat kematian
d. Pertumbuhan penduduk terus berkurang
--Rasio Ketergantungan
Konsep Definisi
Rasio Ketergantungan (Defendency Ratio)
adalah perbandingan antara jumlah penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan
jumlah penduduk 65 tahun ke atas (keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja)
dibandingkan dengan jumlah pendduk usia 15-64 tahun (angkatan kerja).
Kegunaan
Rasio ketergantungan (dependency
ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan
keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang
sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang
penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin
tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai
hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan
persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya
beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi.
B.Kebudayaan dan Kepribadian
--Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan di
Indonesia
*ZamanbatuTua
Alat-alat batu pada zaman batu tua,
baik bentuk atau pun permukaan peralatan masih kasar, misalnya kapak genggam
.Kapak genggam semacam itu kita kenal dari wilayah Eropa, Afrika, Asia Tengah,
sampai Punsjab(India), tapi kapak genggam semacam ini tidak kita temukan di
daerah Asia Tenggara. Berdasarkan penelitian para ahli prehistori,
bangsa-bangsa Proto-Austronesia pembawa kebudayaan Neolithikum berupa kapak
batu besar atau pun kecil bersegi-segi berasal dari Cina Selatan, menyebar
kearah selatan, ke hilir sungai-sungai besar sampai kesemenanjung Malaka Lalu
menyebar ke Sumatera, Jawa. Kalimantan Barat, Nusa Tenggara, sampaike Flores,
dan Sulawesi, danberlanjutke Filipina.
Kapak-kapak tersebut diasah sampai
mengkilap dan di ikat pada tangkai kayu dengan menggunakan rotan.Sebagai
tambahan seiring persebaran kapak batu tersebut tersebar pula Bahasa
Proto-Austronesia yang merupakan induk dari bahasa dari bangsa-bangsa di
sekitar Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik.Karena perkembangan nya muncul
bahasa melayu yang nantinya di negara Indonesia berkembang menjadi bahasa
Indonesia
*Zamanbatumuda
Ciri – ciri zaman batu muda :
Mulai menetap dan membuat rumah,
Membentuk kelompok masyarakat desa,
Bertani,
Berternak untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
Manusia pada zaman batu muda telah
mengenal dan memiliki kepandaian untuk mencairkan/melebur logam dari biji besi
dan menuangkan kedalamcetakan dan mendinginkannya.
Oleh karena itu lah mereka mampu
membuat senjata untuk mempertahankan diri dan untuk berburu serta membuat
alat-alat lain yang mereka perlukan
Bangsa-bangsa Proto-austronesia yang
masukdariSemenanjung Indo-China ke Indonesia itumembawakebudayaanDongson,
danmenyebar di
Indonesia.MateridarikebudayaanDongsonberupasenjata-senjatatajamdankapakberbentuksepatu
yang terbuatdaribahanperunggu
Hal yang patut dicatat tentang
permulaan zaman logam ini adalah kenyataan yang jelas bahwa Indonesia sebelum
memasuki zaman Hindu telah mengenal kebudayaan yang tinggi derajatnya dan
penting bagi perkembangan kebudayaan Indonesia selanjutnya
--Kebudayaan Hindu,Budha,dan Islam
AKULTURASI BUDAYA HINDU-BUDHA-ISLAM di
INDONESIA
Fakta tentang Proses Interaksi
Masyarakat
Indonesia sebagai daerah yang dilalui
jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang India untuk sungguh tinggal
di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu musim yang baik. Mereka
pun melakukan interaksi dengan penduduk setempat di luar hubungan dagang.
Masuknya pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan
atas 3 periode sebagai berikut.
1. Periode Awal (Abad V-XI M)
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha
lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan
Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa
Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara
dan Mataram Kuno.
2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan
Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah
sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan
munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat pada
peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan
Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang
merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama
Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi
merupakan keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah dewa tetapi juga makam
leluhur.
3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia
lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha
semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat
melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek
moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai
manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata
dan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India.
AKULTURASI
Masuknya budaya Hindu-Budha di
Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi merupakan perpaduan 2
budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan
saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan
tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu
saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi
kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli.
C.Kebudayaan Barat
--Kebudayaan Barat dan pengaruhnya
Tulisan ini adalah sebuah usaha untuk
melihat secara jernih, tentang kebudayaan Barat, yang sedang naik-daun dan
berkelindan dengan problematika kehidupan manusia.
Kebudayaan Barat adalah sebuah
kebudayaan yang dipromosikan lewat globalisasi.Sebuah kebudayaan yang ternyata
bersifat kontradiktif antara unsur kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.
Itu adalah tesis dari tulisan ini, yang akan dapat lebih jelas dilihat dari
uraian-uraian selanjutnya.
Kebudayaan Barat dikatakan
kontradiktif, karena beberapa hal yaitu:
Adanya usaha pengeliminiran antar
unsur kebudayaan.
Kondisi ini dapat dilihat dari
peperangan yang terjadi antara keyakinan dengan sains, keyakinan dengan
filsafat, keyakinan dengan seni, keyakinan dengan ekonomi, politik dengan
moralitas, moralitas dengan ekonomi, dan lain-lain.
Dapat dilihat, bahwa merupakan suatu
hal yang umum diketahui bahwa kondisi tersebut wajar terjadi.Dan bahkan kerap
digeneralisir kepada seluruh kebudayaan yang ada di seluruh pelosok
bumi.Sehingga muncul anggapan yang naif akibat pencitraan dan kegelapan mata,
bahwa sangat sulit untuk menyatukan atau menghentikan peperangan tersebut.
Inilah penyebab yang mungkin membuat
Barat membuat sebuah mekanisme pelumpuhan kemampuan mendominasi atau menyerang
kepada unsur kebudayaan lain. Lewat pencitraan bahwa di balik segala sesuatu
ada kekuasaan, relativitas kebenaran, teologi global, pluralisme agama, anarkis
metodologis, Hak Asasi Manusia, dan masih banyak lainnya.Dan usaha tersebut
sudah menampakkan pengaruhnya dalam kehidupan seluruh manusia yang terjangkau
oleh globalisasi.
Hal lain yang terjadi adalah munculnya
sebuah kondisi inferior tentang dua hal dalam kebudayaan yaitu, keyakinan dan
moralitas. Dua sisi ini, menjadi sedemikian inferior, sehingga mereka melakukan
“bunuh-diri” dengan mereduksi dirinya sendiri menjadi hanya tinggal nilai-nilai
universal.Sehingga jalan keselamatan tidak hanya lewat keyakinan yang mereka
pegang.Kebudayaan Barat menjadi kebudayaan yang lahir sebagai sintesa bagi
kebudayaan Kristen-Romawi – meskipun masih mengambil beberapa peringatan dari
kebudayaan Kristen-Romawi seperti Valentine, Natal, Paskah, Halloween, dan
lain-lain. Kebudayaan barat dibangun dengan semangat Yunani dengan Filsafat
sebagai “teologi”, demokrasi sebagai sistem politik, protestan sebagai
keyakinan tanpa ibadah (deisme), sekulerisme sebagai alat potong dan pelumpuhan
intervensi dari pihak manapun, homoseks dan banalitas-seksual sebagai antitesa
pengakuan dosa dan represi seksual Katolik.
Proses pengambilan unsur-unsur
tersebut oleh kebudayaan Barat, dilakukan secara asimilatif. Unsur-unsur tersebut
diambil secara mentah-mentah dan kemudian dicampur dalam sebuah kondisi yang
saling bertolak belakang. Kebudayaan Barat lahir bukan dari prinsip yang utuh
dan meliputi, akan tetapi bersifat parsial dan karena tidak dapat dihubungkan
atau bertentangan, maka terjadi isolasi (yang akan lebih lanjut diuraikan) atau
peperangan (seperti sudah diuraikan di atas).
Sungguh malang, namun hal itu
benar-benar terjadi dan ternyata menular kepada kebudayaan lain. Penyakit
tersebut diderita pula oleh kebudayaan lain dan akhirnya berusaha mengadaptasi
cara Barat dalam menjalani kebudayaannya. Terlihat dengan menggunakan
periodisasi sejarah seperti Barat.Periodisasi dikenal dengan pembagian Klasik,
Abad Pertengahan, Renaisans, Modern, dan Posmodern.Para peng-asimilasi
kebudayaan Barat kemudian mencoba men-sekuler-kan dan me-liberal-kan kebudayaan
mereka seperti yang dilakukan kebudayaan Barat untuk mencapai kejayaan dan
kemajuan yang dicapai Barat. Akhirnya banyak kebudayaan yang menjadi “Barat”
(westernisasi), mulai dari pandangan ontologis hingga etis, beserta
prakteknya..
Sebenarnya, masyarakat Barat mulai
sadar dengan kondisi yang demikian sakit – meski disayangkan para
peng-asimilasi kebudayaan Barat nampaknya belum sadar.Namun, mereka tidak dapat
melihat secara jelas akar permasalahannya. Masyarakat Barat banyak yang
melarikan diri ke dalam spiritualitas, dunia mistis, kehidupan banal, menikmat
seks yang memuakkan, menikmati musik yang mebuat histeris, dan lain-lain hingga
akhirnya bunuh-diri, menjadi fenomena yang wajar dan tidak berusaha untuk
diubah. Semua hal tersebut adalah wajar karena kebebasan adalah
segalanya.Tradisi haruslah sesuatu yang rasional dan menjunjung kebebasan dan
Hak Asasi Manusia.Lewat argumentasi ini, individu-Barat menjadi pragmatis,
eklektis, dan split-many-personality.
Meskipun muncul kesadaran tentang
ke-akut-an penyakit mereka, pengeliminiran ini masih terus terjadi dan entah
kapan akan berakhir.
Adanya usaha untuk mengisolasi unsur
kebudayaan yang satu dari unsur kebudayaan yang lain.
Mengisolasi unsur kebudayaan yang satu
dengan yang lain, sebenarnya merupakan konsekuensi dari
eklektis-kontradiktifnya kebudayaan Barat – karena unsur-unsur kebudayaannya
tidak berhubungan bahkan bertentangan satu sama lain. Usaha untuk mengisolasi
ini adalah sebuah hal yang sudah kita ketahui, lewat ungkapan-ungkapan, seperti
seni untuk seni (seni murni), sains untuk sains, politik untuk politik, ekonomi
untuk ekonomi, dan hukum untuk hukum.
Jika ditelusuri, penyebab kondisi
tersebut adalah sekularisme – selain yang sudah disebutkan di atas.Sekularisme,
pada awalnya, menyerang agama Kristen yang berkelindan dengan
negara.Sekularisme menghendaki agar gereja atau urusan keyakinan dipisahkan
dari negara. Pemisahan ini, ternyata semakin meluas dan menjangkiti unsur-unsur
kebudayaan Barat yang lain. Semua unsur tersebut, secara implisit mengatakan
bahwa mereka memiliki wilayahnya masing-masing yang otonom dan terpisah dari
yang lainnya.Keter-pisahan ini membuat diri individu-Barat juga menjadi
split-many-personality.Mereka menjadi sedemikian banyak pribadi yang berbeda
dalam dunia yang sebenarnya hanya satu.Pribadi-banyak yang dimaksud adalah
pribadi yang menghidupi prinsip-prinsip yang bertentangan di dalam unsur-unsur
kebudayaannya. Hal ini membuat seseorang yang hidup seperti demikian, akan
memiliki dua prinsip yang berbeda-bertentangan dalam satu unsur kebudayaan,
seperti menjadi teis (formal) sekaligus ateis (praktek, dalam sekularisme), dan
ketika berpindah menghidupi unsur kebudayaan lain.
Namun, perlahan pula disadari bahwa
isolasi seperti adalah sebuah tindakan yang naif dan banyak merusak.Seperti
mulai disadari bahwa seni bukan untuk seni itu sendiri.Seni, yang nyatanya
menjadi sebuah sarana untuk melakukan kritik sosial, juga merupakan seni, tapi
bukan untuk dirinya sendiri. Sains pun demikian. Sains menjadi sesuatu yang
digunakan untuk kemanfaatan kehidupan manusia. Dan begitu juga dengan unsur
kebudayaan Barat yang lain.
Kesadaran ini, sayangnya masih menemui
kebuntuan.Oleh karena ada problem dalam agama yang mereka anut sebelumnya, yang
sebenarnya mendasar dan belum diselesaikan.Problem tentang Tuhan yang satu,
kitab yang diwahyukan, Nabi dan rasul, bunda Maria, Natal, dan masih banyak
yang lainnya.Problem tersebut belum mereka selesaikan, padahal itu letak
permasalahan yang penting untuk diselesaikan.
Adanya ideologisasi di dalam
masing-masing unsur kebudayaan.
Adanya ideologisasi ini, dapat dilihat
dari penggunaan akhiran “-isme”. Misalnya, materialisme, idealisme,
relativisme, empirisme, rasionalisme, positivisme, kapitalisme, sosialisme,
komunisme, liberalisme, feminisme, hedonisme, dan masih banyak yang lainnya.
Ideologisasi ini pada dasarnya terjadi
karena melihat realitas secara sebelah mata dan akhirnya melakukan reduksi yang
menyebabkan masing-masing di dalam masing-masing unsur kebudayaan terdapat
banyak ideologi.Liberalisme adalah sebuah ideologi yang liberal mulai dari sisi
ontologis hingga etis.Dan begitu pula yang lainnya.Masing-masing ideologi sudah
mengatur pandangan mulai dari tataran ontologis hingga etis.Lalu bagaimana
semua unsur tersebut dapat disatukan dalam sebuah kebudayaan, yang disebut
Barat?
Pertanyaan tersebut akan membawa kita
kepada tesis yang sedari awal saya ajukan, bahwa Barat adalah kebudayaan yang
ternyata bersifat kontradiktif antara unsur kebudayaan yang satu dengan yang
lainnya. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat bersatu hanya karena Barat sudah
lelah mencari arkhe, pengetahuan dan kebenaran yang universal dan absolut,
hingga akhirnya hanya menerima kebenaran pragmatis, pengetahuan yang abritrer,
dan nilai yang relatif.Sebuah kelelahan yang akhirnya memunculkan sikap
mengabaikan persoalan yang tidak kunjung terjawab. Pengabaian terhadap
persoalan realitas universal ada atau tidak (soft anti-realisme); dasar yang tak
goyah bagi pengetahuan (anti-fondasionalis); nilai yang incommensurability (tak
terbandingkan) satu sama lain (relativisme nilai).
Pengabaian yang disebutkan di atas
bukan tanpa problem.Sebab, mereka kemudian menghadapi problem atas munculnya
ruang universalitas di dunia.Ketika akhirnya, multikulturalisme pun nampak
menjadi suatu institusi yang “objektif” yang mengevaluasi aktivitas
kebudayaan-kebudayaan yang ada, meskipun dikatakan bahwa nilai-nilai tersebut
relatif. Berbicara tentang wujud dan pengetahuan yang relatif pula, namun
seolah-olah apa yang dibicarakan bersifat universal.
Dapat dikatakan bahwa Barat sebagai
sebuah kebudayaan adalah sebuah budaya yang sakit dan kini sedang mempopulerkan
dirinya lewat globalisasi, sehingga manusia dalam kebudayaan lain menjadi ikut
sakit. Kebudayaan lain, sebenarnya adalah kebudayaan yang lebih baik daripada
kebudayaan Barat. Kebudayaan lain itu memiliki sebuah kesatuan hubungan antar
unsur kebudayaannya. Tidak ada isolasi, ideologisasi, dan pengeliminiran dalam
kebudayaan mereka.Meskipun masih terdapat permasalahan dari segi ke-Tuhan-an,
yang merupakan pusat hubungan antar-unsur kebudayaan. Pusat tersebut bermasalah
karena tidak ada keterangan yang nyata tentang siapa yang pantas menjadi Tuhan,
bagaimana menyembahnya, apa saja yang menjadi perintah dan larangannya, dan
seterusnya.
D.Pendapat saya mengenai
penduduk,masyarakat,dan kebudayaan
Menurut
saya, Penduduk adalah orang yang telah lama tinggal dan menetap di suatu negara
baik orang tersebut Warga Negara maupun Warga Negara Asing. Penduduk memiliki
peranan yang sangat penting dalam Negara nya, baik itu kepentingan ekonomi,
sosial dan kepentingan hukum. Masyarakat adalah orang yang menetap di suatu
wilayah dan orang tersebut merupakan orang asli negaranya. Masyarakat terbentuk
di dalam keluarga intinya. Sifat dan wataknya tumbuh disana. Sifat dan watak
tersebut yang menjadikannya memiliki citra di dunia luar, baik dan buruknya.sedangkan,Kebudayaan
adalah suatu maha karya seni yang tinggi. Kebudayaan bagian dari seni.
Kebudayaan tradisional Indonesia telah dikenal di dunia. Kebudayaan itu banyak
jenisnya, ada Seni Tari, Seni Musik, Seni Lukis dan lain lain. Indonesia kaya
akan Tarian Tradisional. Lebih dari 100 jenis tarian berkembang dengan sangat
baik sejak jaman nenek-moyang dulu.
Sumber:
